Kamis, 23 Desember 2010

"Gangguan Kepribadian"

Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).
            Menurut DSM-IV-TR, personality disorders (gangguan kepribadian) adalah pola yang bersifat menetap dalam mempersepsi, berhubungan, dan memikirkan tentang lingkungan dan diri sendiri yang diperlihatkan di berbagai macam konteks social dan pribadi yang tidak fleksibel dan maladaptive serta menyebabkan hendaya fungsional atau distress subjektif yang signifikan.
            DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) yang diterbitkan oleh American Psychiatrik Association menggambarkan gangguan kepribadian sebagai pola yang berlangsung terus-menerus sehubungan dengan perilaku dan kebiasaan menyimpang seseorang dengan yang umum dianut oleh masyarakat. Gangguan ini begitu mendalam dan berawal pada masa pubertas atau awal kedewasaan, yang berlangsung sepanjang waktu, dan mengakibatkan tekanan kejiwaan serta kegagalan. 

Ø  GEJALA UMUM
            Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan pelbagai pengalaman konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan;
1.      Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation. Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih;
- cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap dirinya, orang lain dan waktu
- afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan cakupan)
- fungsi-fungsi interpersonal
- dan kontrol terhadap impuls
2.      Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan berpengaruh pada situasi sosial.
3.      Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial penting lainnya.
4.      Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit jiwa
5.      Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.

Ø  RESIKO GANGGUAN KEPRIBADIAN
            Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian dapat berdampak pada;
1.      Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidakmampuan untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan dengan masyarakat.
2.      Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan kepribadian ambang dan cluster B.
3.      Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan.
4.      Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster mempunyai resiko berkembangnya problema psikologis lainnya.
5.      Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung pada orang tersebut).
6.      Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian paranoid dan antisocial.
7.      Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan dipenjara.
8.      Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak mendapatkan perawatan secara baik.


. Penyebab munculnya gangguan kepribadian
Faktor Genetika
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
Faktor Biologis Hormon.
 Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone. Neurotransmitter. Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi. Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
Faktor Psikoanaliti
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.

Daftar Pustaka:
Durand, Mark dan Daviod H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mahari dkk. 2005. Kiat Mengatasi Gangguan Kepribadian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media









Sabtu, 05 Juni 2010

aswaja:nilai historia dan konseptualisasinya

pentingnya kesadarn akan nilai historia aswaja,dalam meniti kehidupan,sebagai pencerahan pemikiran konstruktif warga nahdliyyin

Entri Populer

Pengikut